Puisi Untuk Ibu Sayang

kala fajar mengintip bumi, kau tersenyum
saat mentari terhapus kelam, kau tetap tersenyum cantik
kokoh atau sebenarnya rapuh?
Tak satu pun ada yang tahu rasa mu itu
Kekuatan terus menyelimuti mu
Kau terus bertahan..
Bertahan memayungiku dari percikan hujan dan panasnya mentari
Kau menghapus keangkuhan sunyi dari benakku
Kau jua slalu membunuh  kepiluan dalam diri ku
Kau bagi senja..
Selalu menuntun ku ke dalam asa cinta
Membawa aku hanya pada keindahan
Garis kelelaham mungkin terus membayangi mu
Dan aku tak heran dengan itu
Karna sebenarnya aku tahu, terkadang kau tak tahu harus berpijak dimana lagi untukku
Segala sudut tlah kau tapaki, seluruh arah tlah kau singgahi
Kau ada di laut, menari bimbang bersama deburan ombak landai
Kau pun ada di hutan, menangis pilu bersama hijaunya dedaunan kering
Dimana ada baying pelangi, ke situ pula kau berlari
Saat mentari hendak menyapa bumi, kau merangkak jua mencari celah-celah tirai kehidupan
Kau tak pernah peduli, walau terlampau sering kau terhempas badai pilu
Semua kau jalani begitu saja,
Hanya demi mengumpulkan kepingan-kepingan takdir yang jatuh hancur berserakan
Hanya untuk menyambung serat tali kehidupan
Terkadang aku menangis, menyaksikan pilunya jalan ini
Terkadang pula tangan ku tak mampu untuk menyeka air mata di sela-sela bisikan malam
Tirai-tirai harapan terus aku rangkai, agar menjadi indah pada saatnya nanti
Bisikan do’a pun selalu aku tujukan untuk malaikat seperti mu
Dan yang sering terlontar namun terus terlupakan, rasa terimakasih ku untuk mu
Aku yakin, kau pasti mengerti
Aku begitu menyayangimu ibu


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seikat Rindu